Sis, Mengenakan Jilbab Memang Butuh Proses, Tapi Bukan Terus Menundanya..

1 825

Alo sis, apa kabarmu hari ini? Sudahkah kita menunaikan salah satu kewajiban dalam agama kita untuk menutup aurat dengan mengenakan jilbab?

Sekedar berbagi pengalaman, memang proses untuk menutup aurat itu sangatlah tidak mudah. Butuh keyakinan, kemantapan hati, dan banyak pengorbanan, cuileeeh..udah kayak mau berjihad di Palestina aja..

Tapi, memang betul lho sis, berhijrah dari kondisi yang belum secara maksimal menjalankan salah satu perintah agama, memang butuh pengorbanan yang luar biasa. Bagaimana perasaan yang dialami oleh hampir setiap muslimah akan sulitnya “sekedar” mengenakan jilbab karena berbagai alasan.

Mungkin dalam hati kecil Sis, sudah terbesit suara, “Insya Allah, kelak aku akan memakai jilbab, tetapi aku harus siap dan yakin dahulu”

Sama kok, seperti yang aku alami..

Waktu dahulu belum mengenakan hijab, lalu ingin berproses untuk mengenakannya, itu butuh waktu yang cukup lama, adaptasi terhadap kondisi / penampilan yang baru, dan berbagai perasaan berkecamuk yang mengiringi.

“Hmm..apakah jika memakai jilbab, aku bisa menjalankan aktivitasku seperti biasa? Apakah hijab tidak membatasi semua aktivitasku? Apakah hijab ini hanya sebatas simbol kemuslimahanku? Apakah aku bisa mengkontrol perilaku diriku dengan berhijab?”

…Dan segudang pertanyaan lainnya seputar hijrahnya seorang muslimah untuk berhijab.

Sebagai salah seorang yang mengalami hal tersebut, tentu aku bisa memahami bagaimana saudariku yang sedang berproses untuk menutup aurat juga.

Memang, tidak mengenakkan ketika dalam proses tersebut, banyak orang di luar yang menjustifikasi sepihak tentang hijrahnya seseorang untuk menutup aurat.

Terkadang..banyak suara yang justru semakin melemahkan diri kita untuk berhijab, daripada memotivasi dan mendukung kita.

Dan,,suara-suara tersebut ikut membenarkan seribu satu alasan kita untuk terus menunda mengenakan hijab.

Mungkin beberapa alasan berikut ini, termasuk salah satu yang dijadikan pembenaran oleh kita untuk menunda memakai jilbab:

1. Aku khawatir nantinya jilbab membatasi aktivitasku

Ini salah satu alasanku juga ketika hendak menutup aurat. Sebagai salah satu orang yang memang banyak beraktivitas di masa-masa sekolah, aku khawatir nantinya dengan berhijab, maka banyak kegiatan yang dibatasi. Aku tidak lagi bebas beraktivitas olahraga, kerja, dan lain sebagainya.

Ternyata, ini hanya sebatas kekhawatiran yang tidak beralasan. Dengan memutuskan berhijab, aku tidak pernah merasa aktivitasku dibatasi ataupun dikekang.

Banyak wanita muslimah di luar sana, yang bisa melakukan banyak profesi sebagai seorang guru, dokter, olahragawati, mahasiswi, pramugari, penyanyi dan banyak profesi lainnya, tanpa harus meninggalkan identitas kemuslimahannya dengan berhijab.

Bahkan, di zaman Rasulullah, banyak muslimah yang memiliki aktivitas luar biasa ekstrim, dengan ikut berperang, dan mereka semua tetap mengenakan hijab kok.

Menurutku, hijab akan semakin mengarahkan diri kita untuk menjalani aktivitas / profesi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

2. Hmmm..Kalo memakai jilbab, nanti aku gak cantik lagi

Kecantikan bagi seorang wanita adalah sesuatu yang diimpikan. Wanita mana sih yang tak ingin terlihat cantik? Mungkin, aku salah satu yang juga berpikir seperti itu.

Aku akui, aku ingin disebut cantik oleh teman, saudara, sahabat, dan lainnya. Jika mengenakan hijab, maka aku khawatir salah satu potensi kecantikanku akan hilang karena tertutup hijab tersebut.

Ternyata, setelah dipikir-pikir dengan pikiran yang jernih, anggapan cantik itu harus seperti ini itu, ternyata standard ganda dari lingkungan / media yang membentuknya.

Justru, kecantikan yang terbaik itu memang datang dari dalam hati, perilaku, akhlak kita. Bukan sebatas tampilan fisik semata. Tetapi, Islam tidak mengesampingkan untuk tampil cantik secara fisik lho.

Justru, dalam Islam sangat dianjurkan untuk tampil rapi, bersih, dan cantik, dan tentu saja dengan niat yang benar hanya untuk meraih ridho Allah semata, bukan sanjungan dari orang lain.

Dengan berhijab, aku merasa tidak kurang dalam segi kecantikan, justru semakin tertantang untuk bisa tampil cantik, rapi, dan bersih ketika mengenakan hijab.

Banyak muslimah, seperti para artis, yang tetap bisa tampil cantik meskipun menggunakan jilbab bukan? Kita tentu memiliki pendapat yang hampir sama, bahwa mereka tetap bisa terlihat cantik, rapi, dan anggun kok dengan balutan hijab.

Lalu, kenapa kita masih berpikir untuk terus menunda mengenakan jilbab? Padahal, dengan berjilbab, sama sekali tidak mengurangi kecantikan seorang muslimah, bahkan akan semakin tampak terlihat lebih cantik, anggun, dan menawan.

Berbagai alasan kita menunda untuk mengenakan jilbab
Berbagai alasan kita menunda untuk mengenakan jilbab

3. Ntar aja deh make jilbab, masih muda ini.

Yap, ini salah satu alasan yang juga pernah menghampiriku ketika terus menunda untuk mengenakan hijab.

Tapi, kalau dipikir-pikir lebih jauh, maut itu tidak mengenal muda atau tua ya. Bisa siapapun, kapanpun, dijemput oleh malaikat maut. Tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang salah satu rahasia Allah ini.

Lalu, aku pun pernah berpikir dulu, kalau maut sudah menjemput sementara aku belum menutup aurat, apa yang terjadi? Nauzubillahiminzalik..

Aku tentu tidak siap harus ditanya macam-macam nanti di dalam kubur, ketika harus mempertanggungjawabkan masa-masa saat diriku “telanjang” dengan tidak menutup aurat.

Apakah kita siap bertanggungjawab? Mengapa harus terus menunda untuk berhijab, Sis?

4. Ah, ntar aja kalau udah nikah

Aku juga pernah berpikir demikian, berhijab saat sudah menikah aja. Ada suami yang nanti mengingatkan kita. Kita juga menjadi lebih tepat berjilbab untuk suami.

Kemudian, aku berpikir lebih mendalam…

Apakah kewajiban memakai jilbab tersebut merupakan perintah Allah atau suami? Kenapa harus menunggu menemukan jodoh dahulu sebelum memutuskan berhijab?

Tentu saja, berhijab itu perintah Allah. Perintah menutup aurat wajib bagi muslim sejak akil baligh, bukan saat menikah.

Iya, kalau kita menemukan pasangan muslim yang sholeh, yang bisa mengarahkan kita untuk menutup aurat, kalau tidak? Bisa terus semakin tertunda deh kewajiban agama tersebut.

Akan lebih, jika menutup aurat itu diawali dari diri kita sendiri, Sis..Yuk, jangan ditunda ya.

5. Ingin memakai jilbab, tetapi dilarang oleh pasangan

Nah, gimana kalau justru menemukan suami yang seperti ini? Menunda hingga menikah, eh, malah dapat pasangan yang menjauhkan kita dari Allah.

Solusinya adalah kembali ke kita sendiri Sis, mau mendapatkan ridho Allah atau suami? Jika pasangan melarang kita untuk berhijab, maka kita tidak wajib mentaati perintah suami tersebut.

Kuncinya ada di komunikasi yang baik di dalam keluarga itu sendiri. Ajaklah suami untuk berbicara dari hati ke hati, dengan tutur kata yang santun dan lembut. Niscaya, perlahan suami akan bisa mengerti..

..Tetapi, jika masih belum mau menerima nasihat kita, maka coba datangkan seseorang sebagai penengah yang bisa meyakinkan suami untuk mewajibkan kita sebagai istri menjalankan perintah Allah.

Rasulullah bersabda, “Taat(lah) kepada seorang muslim atas apa yang dicintai dan dibencinya. Kecuali jika dia menyuruh berbuat maksiat. Jika ia menyuruh berbuat maksiat, jangan dengarkan atau menaatinya.” (HR. At- Tirmidzi)

6. Tempat kerjaanku gak membolehkan mengenakan jilbab

Apa yang dialami banyak muslimah, bisa jadi terjadi pada diri kita. Institusi tempat kita bekerja, tidak memperbolehkan karyawannya mengenakan jilbab. Ada memang beberapa institusi yang menerapkan aturan tersebut.

Solusinya, kita tetap harus mengutamakan perintah Allah, untuk meraih ridho dan rahmah-Nya, daripada aturan dari kantor tempat kita bekerja. Jangan khawatir dengan rezeki. Allah akan semakin memudahkan rezeki hamba-Nya yang memang ikhlas untuk dekat kepada-Nya.

Sederhananya, coba bicarakan dengan pihak HRD perusahaan tentang kebijakan tersebut. Karena aturan perusahaan tersebut, memang bertentangan dengan aturan dari pemerintah tentang tidak bolehnya ada diskriminasi.

Jika memang setelah dikomunikasikan dengan perusahaan, aturan tersebut tidak berubah. Maka, akan lebih baik jika Sis, mencari pekerjaan lain saja yang lebih berkah.

7. Khawatir nanti gak bisa konsisten dalam berjilbab

Aku juga pernah berpikir demikian lho..Nanti, kalau sudah hijab, khawatir suatu saat kelak, akan melepasnya. Pasti banyak yang caci maki. Munafiklah, gak konsisten lah, bla..bla..bla..

Ternyata, setelah didalami lebih jauh, rasa khawatir tersebut justru sangat tidak beralasan. Hanya muncul dari praduga kita melihat apa yang terjadi di sekitar kita.

Mengenakan jilbab, tentu hanya sebagai awal untuk upaya kita memperbaiki diri lebih baik lagi sesuai dengan tuntunan nilai-nilai Islam. Pasti, ketika dalam proses belajar tersebut, banyak kelemahan yang terjadi, khilaf, ataupun godaan-godaan.

Justru, hal tersebut seharusnya menantang diri kita, untuk bisa lebih baik lagi. Membuat kita sebagai seorang muslimah menjadi lebih bertekad kuat untuk menjalankan perintah agama karena mencintai Allah dan semua aturannya.

Salah satu cara untuk menguatkan komitmen kita untuk terus berhijab adalah memiliki / berada di lingkungan yang selalu support / mendukung penuh kita untuk lebih baik lagi dalam beragama.

8. Ntar aja ah, nunggu hidayah Allah

Sis memang benar, hidayah itu datangnya dari Allah semata. Tetapi, terkadang kita sebagai manusia, terlalu lemah untuk melihat sebuah hidayah telah diberikan oleh Allah kepada kita.

Dan dengan beribu macam alasan, selalu berusaha mengingkari hidayah tersebut. Mungkin, sebagian besar dari kita melihat hidayah dengan berdasarkan cerita-cerita dari orang lain atau film-film.

Tentu saja, itu tidak selalu tepat. Wujud hidayah itu beragam. Bisa yang sangat tampak, atau kasat mata dan hanya bisa dirasakan oleh hati kita. Intinya, setiap kejadian yang mengarahkan kita untuk lebih berbuat baik lagi, dan mendekat pada Allah, itu bisa jadi adalah hidayah dari Allah SWT.

9. Ah, banyak yang pake jilbab cuma hiasan, tetapi kelakuannya buruk

Ya, Sis. Memang benar banyak kejadian di sekitar kita, seorang muslimah yang mengenakan jilbab hanya kedok semata, untuk menutupi perilakunya yang buruk.

Tetapi, hal ini kembali kepada diri kita masing-masing. Kenapa kita memusingkan perilaku orang lain dan hiasan jilbabnya? Pahala dan dosa ada di pundak masing-masing orang. Setiap orang akan diminta pertanggungjawaban atas amal dan perbuatannya di dunia.

Buat apa kita repot-repot bertanggungjawab dengan amal orang lain, sementara kita juga diminta pertanggungjawaban?

Berhijab merupakan perintah Allah, dan perilaku itu merupakan akhlak dari seseorang yang akan diminta pertanggungjawabannya.

Kita cukup saja fokus untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Jadi, bukan suatu alasan lagi untuk menunda mengenakan jilbab hanya karena mengurusi perilaku orang lain, bukan?

Alasan akan terus datang selama kita terus mencari-carinya. Syetan akan sangat bahagia jika kita termasuk dalam golongannya. Berhijrah mengenakan jilbab, memang butuh proses, sampai kapan kita akan terus menundanya? Maut akankah bisa ditunda?

Aku ingin bersama semua saudariku nanti bisa bersua di surga-Nya kelak. Kita tak lepas dari kelemahan dan kekhilafan. Yuk Sis, kita niatkan dan tekadkan diri kita untuk mentaati perintah Allah dengan berhijab, dan menjauhi semua larangan-Nya dengan tetap menjaga perilaku dan akhlak kita selama berhijab tersebut. Aamiin…

Referensi: www.ummi-online.com

Loading...
Tampilkan Komentar (1)