Punya Mental Gratisan? Segera Dibuang ya, Ini Alasannya..

1 680

Mental gratisan itu segera dibuang, dek.

Boleh dapat gratisan? Boleh, tapi bukan berarti kita menikmati dan kemudian menjadi “mental gratisan”. Pahami perbedaannya. Dapat beasiswa misalnya, itu gratisan sekolah, prestasi yang baik. Tapi kembalikan beasiswa itu lewat hal lain, yang jadi dokter karena beasiswa, besok lusa jadilah dokter berdedikasi penuh. Yang jadi insinyur, apoteker, bidan, dari beasiswa, maka tekunilah profesi itu, kembalikan gratisan tersebut ke masyarakat dengan pelayanan yang mengagumkan. Semakin banyak kebaikan yang diberikan kepada kita, pantulkan kembali menjadi kebaikan bagi orang lain.

Lantas apa itu mental gratisan? Adalah yang maunya gratis melulu. Mau ilmu pengetahuan, tapi malas berkorban, waktu, tenaga, uang, malas sekali dilakukan. Mau sesuatu, mau ini-itu, tapi malas sekali mengeluarkan sumber daya, maunya gratisan saja.

Dan lebih serius lagi, sudah dapat gratisan, tapi tidak paham-paham juga kalau itu gratis, maka jangankan berterima-kasih, dia malah nyolot, kurang ajar ke orang yang memberi segala sesuatu secara gratis. Dia kadang lebih galak dibandingkan yang tangannya di atas.

Saya tahu, semua orang menolak mentah-mentah disebut “mental gratisan”, tersinggung sekali, untuk kemudian lupa, jangan-jangan kitalah sosok monster mental gratisan yang tidak tahu terima kasih. Di sekitar kita itu penuh dengan hal-hal gratis, yang kadang kita lupa, itu free buat kita, tapi apakah kita pernah sekali saja bilang terima kasih? Saya tidak akan sebutkan contohnya, silahkan dipikirkan. Catatan ini bukan soal gratis SMS, gratis data, duh, itu sih berarti kalian malas sekali berpikir. Catatan ini tentang “mental gratisan”, sesuatu yang sangat serius sekali.

Mental gratisan
Mental gratisan

Negeri-negeri maju, seperti Jepang, kenapa mereka maju? Karena mereka sudah lama sekali membuang mental gratisan. Saat mereka terkena bencana gempa, tsunami besar, seluruh rakyatnya bahu-membahu bekerja keras untuk saling memberi, bukan saling menerima. Ada banyak masalah di dunia ini akan selesai dengan sendirinya jika mental gratisan segara dibuang. Karena orang yang suka korupsi, berdagang menipu, punya janji tidak amanah, bisa dicari masalahnya dengan mental gratisan, ada benang merahnya, ketika kita tidak punya kehormatan untuk menjadi pemberi–malah mengemis mengambil.

Dalam agama kita, catat baik-baik: tangan di atas jauh lebih baik dibanding tangan di bawah. Nabi sendiri yang bilang, diingatkan ribuan tahun silam, kenapa? Agar pengikutnya tidak jadi mental gratisan, mental tempe. Agama kita itu, habis-habisan mendidik etos kerja, kita sih yang kurang piknik, jadi tidak tahu. Adik-adik sekalian, jadilah orang yang suka memberi, bukan menerima. Jika sekarang kita posisinya memang masih menerima, pastikan besok lusa kita mau mengembalikannya ke orang lain dengan cara apapun yang tersedia. Dan, amit-amit, janganlah sudah dapat gratisan, belagu pula. Berserakan contohnya di dunia nyata, pun di dunia maya.

Sumber Tulisan:

Tere Liye

Loading...
Tampilkan Komentar (1)