Uang Suami Milik Istri, Uang Istri Milik Istri. Benarkah? Berikut ini Obrolan Para Istri

0 711

Ibu-ibu kalau sudah kumpul, apa sih yang dibicarakan selain bergosip? Saya sebal sekali dengan tudingan ini. Karena sebagai ibu (muda), saya sendiri melihat komunitas kami jauh dari bergosip. Yang kami bicarakan, kalau tidak seputar anak, masakan, adalah cara mengatur keuangan.

Poin terakhir inilah yang membuat saya beberapa waktu lalu digoblok-goblokkan oleh kawan saya, sesama ibu.

“Kamu ga pernah nyimpan uang sendiri?” tanyanya, dengan dahi berkerut. Sambil siap-siap membuka kancing baju demi bayinya.

“Ga pernah.” Jawab saya serius.

“Jadi kalau mau beli-beli baju, jilbab, ngirim uang buat orangtua, kamu uang darimana?” tanyanya lagi. Riuh

“Ya pake uang bersama. Kami tidak ada istilah uangku dan uangmu,” jelas saya. Gantian heran. Adakah yang salah?

“Bu..jadi istri jangan sebodoh itu lah..kita harus pintar nyimpan uang sendiri. Kalau ada apa-apa, kita ga usah minta suami. Kan belum tentu juga dikasih. Kalau pun dikasih, kan ga enak kalo mau minta lebih..”

“Berapa kamu menyisihkan uang?” tanya saya, mulai tertarik..
“Yaa..paling tidak seminggu lima ratus ribu laah..”

Dan kawan saya ini dengan senang hati memberi tips agar uang belanja yang diberi suami bisa “sisa” untuk kemudian disimpannya sendiri.

nafkah uang
Suami memberikan nafkah kepada istri

Ada lagi ibu lain, masih seusia saya. Mengeluh tentang suaminya yang selalu mepet tiap memberi uang belanja. Dia merasa tidak punya cukup kelonggaran untuk memenuhi kebutuhan pribadi.

“Belanja bulanan semua dia. Duit sekolah anak-anak tidak pernah telat. Kebutuhan rumah tangga aman lah.. tapi kan kita sebagai istri butuh beli lipstick..”

Saya manggut-manggut. Ingat lipstick murahan yang saya beli dua tahun lalu, yang baru saja pensiun karena dipatahkan si bungsu.

“Ya sudah pinter-pinternya aku aja yang nyimpen duit. Kalau gak gitu kita jadi istri kan sungkan minta-minta mulu..”

Duh, hati saya tercabik. Istri yang pengorbanannya tidak ternilai, harus merasa sungkan untuk sekadar “uang lipstick”. Dia melahirkan dan merawat anak suaminya. Guru bagi anak-anaknya. Kok sampai harus menyimpan uang belanja diam-diam. Bahasa kasarnya, mungkin menilep.

Sebenarnya bagaimana sih pakem menafkahi yang benar menurut ajaran Islam? Saya tidak berani menjawab soal ini. Semoga ada yang berkenan menjawab, lalu menyertakan dalil yang tepat.

Dari obrolan kami itu, saya menyimpulkan ada 6 keumuman suami dalam menafkahi istri:

  1. Suami meminta istri merinci apa saja estimasi pengeluaran selama sebulan, lalu ia memberi sesuai jumlah itu. Selebihnya jika istri ingin memenuhi kebutuhan pribadi, bisa minta langsung pada suami.
  2. Suami memberi semua gajinya pada istri. Istri lah yang mengatur semua pengeluaran. Kalau lebih bisa disimpan. Kalau kurang, silakan kelimpungan.
  3. Suami dan istri yang sama-sama berpenghasilan, memiliki pos pertanggung jawaban masing-masing. Misalnya suami membayar hutang dan cicilan. Istri bertanggung jawab atas urusan makanan dan biaya perawatan rumah.
  4. Suami dan istri sama-sama bekerja. Namun semua urusan biaya hidup sekeluarga tanggung jawab suami. Uang istri murni untuk kebutuhan istri.
  5. Tidak melihat siapa saja yang menghasilkan uang. Namun uang suami adalah milik istri, demikian sebaliknya. Pengelolaan keuangan dilakukan bersama. Pemenuhan kebutuhan pribadi pun dilakukan bersama.

Dalam benak saya, berdesak-desakan suara nyaring; suami berkewajiban menafkahi istri; Benar. Suami menanggung seluruh kebutuhan rumah tangga; Setuju dan itu memang tanggung jawabnya.

Tetapi, istri juga selayaknya dapat “jatah nafkah” yang pasti dari suami. Di luar urusan rumahtangganya. Hingga tilep menilep dalam satu ranjang ini tidak perlu terjadi.

Dan obrolan pun berakhir karena kami ingat pekerjaan masing-masing yang menanti di rumah.

Saat hendak berpamitan, seorang kawan muslimah menggamit lengan saya dan berbisik “psst..kalau kamu mau nyimpan uang untukmu sendiri, kamu siap juga nggak kalau suamimu punya uang sendiri yang entah untuk apa?”

Sumber Tulisan:

Wulan Darmanto dalam akun Facebook pribadi beliau.

Loading...
Tinggalkan komentar