Tips Parenting: Mengajarkan Anak Mengelola Uang Sejak Dini

1 127

Mengajarkan dan meneladani anak cara mengelola uang (sebagai alat tukar yang umum di dunia) merupakan salah satu life skill yang menurut saya sangat penting.

Dan skill/keahlian ini bukan dibebankan pada pihak sekolah yang notabene –umumnya- hanya mengajarkan matematikanya saja dan sedikit konsep uang dan harta di pelajaran agama. Jadi mengajarkan dan meneladani anak mengenai pengelolaan uang adalah tanggung jawab orang tua.

Berikut ini tips mengajarkan anak mengelola uang sejak dini :

1. Penjelasan konsep uang

Nah ini langkah awal yang utama. Muatan ajaran nilai-nilai agama dimasukkan di sini. Jelaskan beberapa hal seperti : Rezeki itu dari Allah , manusia menjemput rejeki tersebut dengan berusaha.

Uang diperlukan untuk melakukan berbagai hal seperti memenuhi kebutuhan hidup (makan, minum, tempat tinggal), untuk sekolah, untuk membantu orang lain, dll.

Jelaskan dengan contoh konkret yang anak pahami (makanya saya paling senang ajak kedua anak laki-laki saya ke pasar dan supermarket supaya mereka belajar juga proses transaksi jual beli).

Manusia perlu uang untuk hidup tapi tidak boleh dibalik hidup untuk uang, dst.

Ajari Anak Mengelola Uang dengan Baik sejak Dini.
Ajari Anak Mengelola Uang dengan Baik sejak Dini.

2. Ajarkan jenis-jenis pecahan uang sesuai usia.

Anak saya, Ibrahim sejak usia 3 tahun sudah belajar membedakan koin penny, quarter, dollar dan uang-uang kertas $1, $2, $5, dst. Kembali ke Indonesia ya diajarkan lagi pecahan koin Rp 500, 1.000 , uang kertas 1.000 , 2.000 dst.

3. Ajarkan dan teladani menyimpan dan meletakkan uang dengan aman.

Salah satu anak saya, Yusuf sering careless alias ceroboh, sering taruh uang sembarangan dan hilang. Saya bantu dengan membelikan dompet dan setelah itu bila hilang ya itu konsekuensi yang dia tanggung.

Untuk uang-uang pecahan besar mereka titip ke Bank Bunda (alias ke saya), kalau tabungan itu ada rekening bank.

4. Libatkan anak dalam transaksi keuangan dengan pihak lain.

Misalnya saat bayar ke tukang sayur, atau kasir supermarket, selama tidak ada antrian di belakang, biarkan anak yang memberikan uang dan menerima kembalian bila ada.

Kadang sambil saya tes matematika (pengurangan) : Yusuf, kita belanja 75 ribu, uang yang kamu kasih nanti Rp 100 ribu, jadi berapa kembalian yang nanti kamu terima?

5. Menjelaskan dan bantu anak membedakan Need vs Want (Kebutuhan vs Keinginan)

Anak harus diajarkan sejak dini bisa membedakan mana yang disebut dengan kebutuhan, mana yang hanya sekedar keinginan. Misalkan, kebutuhan adalah alat tulis untuk sekolah, sedangkan keinginan adalah mainan. Kebutuhan sifatnya lebih mendesak, sedangkan keinginan bisa ditunda.

6. Ajarkan Skala Prioritas

Dari semua Need (Kebutuhan) tersebut bantu anak menentukan skala prioritas. Biasanya need ini berhubungan dengan keperluan sekolah, misalnya satu set crayon, satu set pensil warna. Nah saya tanya, kamu saat ini lebih penting pakai crayon atau pensil warna?

7. Buat Wish List alias daftar keinginan anak (wants)

Buat target-target yang perlu anak capai untuk mendapatkan wants tersebut. Misalnya : Yusuf mau beli Nerf Gun bila tamat hapalan Juz Amma . Target-target ini bisa jangka pendek, bisa jangka panjang.

8. Jelaskan nilai setara dari keinginan anak (want) dengan hal lain yang konkret

Misalnya nih, suatu saat Yusuf pingin beli Nerf Gun yang harganya bisa ratusan ribu rupiah. Misal Rp 200ribu. Saya bilang, dengan 200ribu Bunda bisa beli seekor ayam kampung, sekilo daging sapi, sayur mayur bisa untuk makan beberapa hari.

Penjelasan hal pembanding membantu anak pikir-pikir lagi, apakah worth it mengeluarkan uangnya sebesar itu dan memikirkan alternatif lainnya.

9. Diskusikan berbagai hal yang dapat dilakukan anak sesuai usianya untuk mendapatkan uang

Hal-hal yang pernah dicoba misalnya anak mendapatkan sekian $ untuk mem-vakum area di luar kamar mereka (kamar mereka merupakan tanggung jawab mereka untuk membersihkan), atau anak saya Yusuf yang menjual hasil origaminya ke teman-temannya, juga mengumpulkan botol bekas, kaleng bekas untuk dijual ke Recycle/Bank Sampah.

Karena anak-anak sudah memiliki uang sendiri dari berbagai sumber baik itu dari hasil usaha mereka bekerja, jualan, dapat uang dari salam tempel, dapat hadiah uang karena menang berbagai lomba2, dll, saya tidak pernah memberikan uang jajan kepada mereka (makanan ringan, makan siang selalu saya siapkan home made).

10. Ajari anak pembukuan standar , yang dibagi menjadi 4 pos :

a. Pos Pemasukan
b. Pos Pengeluaran
c. Pos Menabung / Investasi
d. Pos Sedekah

Di rumah saya ada spread sheet, kertas dengan kolom-kolom di mana anak-anak saya mengisi sendiri. Misalnya mereka mau bawa uang Rp 5.000 karena hari itu hari wirausaha (hari di mana kelas lain jualan dan murid2 membeli) atau ya hanya ingin bawa Rp 5.000 kadang-kadang ingin beli cemilan di kantin sekolah.

Untuk pos sedekah, sudah dirutinkan paling tidak setiap Jumat sedekah sambil sholat Jumat ke masjid. Untuk pos Menabung / Investasi, bagian investasi masih PR saya dan suami untuk memikirkan bersama sesuai usia mereka apa yang dapat dilakukan selain jualan.

Kami sudah menjelaskan konsep jualan yaitu perlunya modal dan bagaimana menetapkan harga, target jualan sehingga mendapatkan keuntungan.

Secara berkala saya dan anak-anak duduk bersama membahas status keuangan mereka, jadi berapa “saldo” mereka masing-masing.

Sumber Tulisan:

Bunda Fatimah Berliana Monika Purba dengan beberapa perubahan redaksional.

Loading...
Tampilkan Komentar (1)