Cara Mendidik Anak Menurut Islam, Relasi Adab dan Fitrah

0 577

Bagi keluarga muslim, tugas orang tua tentu harus mengetahui bagaimana cara mendidik anak menurut Islam. Banyak koridor pendidikan anak, yang terkadang melewati batasan yang telah digariskan dalam Islam.

Dalam salah satu aspek pendidikan anak, ada keterkaitan antara adab (kepatuhan) dan fitrah anak itu sendiri.

Atas nama kepatuhan dan adab, terkadang anak di bawah usia 7 tahun-pun tidak diberi kesempatan mengembangkan fitrahnya termasuk fitrah individualitasnya, fitrah seksualitasnya, fitrah bahasa dan estetikanya, fitrah bakatnya dan lain sebagainya.

Adab dan akhlak sering dibenturkan dengan fitrah perkembangan anak, ditabrakkan dengan fitrah keunikan anak, fitrah individualitasnya bahkan fitrah keimanannya sekalipun.

Semuanya karena tergesa ingin melihat anak nampak Sholeh dan Beradab.

Padahal itu tidak perlu terjadi, karena sesungguhnya Fitrah dan Adab saling berkaitan dan saling menguatkan.

Fitrah sebagai modal dasarnya dan Adab sebagai buahnya apabila fitrah tumbuh paripurna pada tahap yang tepat dan dipandu Kitabullah.

Fitrah adalah potensi kebaikan (original goodness atau innate goodness) yang siap menerima Kebenaran Wahyu, meliputi fitrah iman, fitrah belajar dan bernalar, fitrah bakat, fitrah individualitas dan sosialitas, fitrah estetika dan bahasa fan seterusnya.

Sementara Adab adalah amal atau tindakan yang beradab dan bermartabat yang dipandu Kitabullah meliputi adab pada Allah, adab pada diri, adab pada sesama, adab pada Alam, adab pada ilmu dan ulama dstnya.

Agar Fitrah dan Adab bisa saling menguatkan maka kuncinya diantaranya adalah memahami tahap perkembangan dan keunikan anak.

Sebagaimana Allah juga memberi contoh tahapan usia dalam mendidik anak dan menghargai keunikan amal.

Beberapa cara mendidik anak menurut Islam dalam keterkaitannya dengan adab dan fitrahnya.
Beberapa cara mendidik anak menurut Islam dalam keterkaitannya dengan adab dan fitrahnya.

Berikut beberapa contoh cara mendidik anak menurut Islam:

Contoh 1. Lihatlah mengapa sholat (adab pada Allah) baru diminta diperintahkan pada anak saat usia 7 tahun bukan sejak dini?

Karena memang gerakan sholat yang formal cocok untuk anak mulai usia 7 tahun dimana kesadarannya bahwa ada aturan dan perintah baru dimulai pada usia 7 tahun.

Jika kita terburu ingin melihat anak beradab dan patuh pada Allah dengan memerintahkan sholat pada usia di bawah 7 tahun, maka hasilhya akan kontra produktif, bisa jadi malah membenci sholat.

Jangan salah duga, tentu diinspirasikan indahnya sholat boleh dan sangat baik dengan menguatkan gairah cinta anak pada Allah dsbnya.

Jika cintanya tumbuh kuat pada usia di bawah 7 tahun, maka di atas usia 7 tahun, mereka akan menyambut sholat dan perintah Allah lainnya dengan sukacita.

Ini pertanda Adab mereka pada Allah terbentuk baik sebagai buah dari fitrah iman yang tumbuh indah.

Itu salah satu contoh cara mendidik anak menurut Islam. Berikut contoh lainnya.

Contoh 2. Tentang adab pada manusia, misalnya berbagi pada teman.

Anak di bawah usia 7 tahun masih ego-sentris, sehingga jangan dipaksa untuk berbagi.

Misalnya ketika mainannya direbut temannya, atau ketika sedang menyukai makanan tertentu, maka jangan tergesa memaksa mereka untuk berbagi karena ini tahap penguatan individualitasnya, jatidirinya dan lain sebagainya.

Memaksanya berbagi akan membuat mereka menjadi tidak kokoh egonya, tidak utuh individualitasnya dan lain sebagainya sehingga pada tahap berikutnya akan membuat menjadi peragu, malah sulit untuk bersosialisasi.

Jangan salah duga, diinspirasikan indahnya berbagi tentu boleh, namun bukan DIPAKSA “on the spot” dengan alasan agar memiliki akhlak atau adab.

Setelah usia 7 tahun, jika fitrah individualitasnya bagus mereka akan mampu berkorban sebagai adab tertinggi pada sesama.

Berikut contoh ketiga dalam cara mendidik anak menurut Islam.

Contoh 3. Beberapa keunikan anak atau Fitrah bakat kadang muncul seolah tidak beradab.

Misalnya, anak yang berbakat memimpin umumnya nampak keras kepala dan tidak suka diatur, anaknya yang berbakat seni umumnya moody dan sensitif, anak yang berbakat pemikir umumnya nampak anti sosial dan pendiam.

Jika kita tidak memahami fitrah bakat atau keunikan anak dan tergesa ingin melihatnya berakhlak atau beradab, maka kita akan memaksanya menghilangkan keunikannya tersebut.

Padahal tugas kita membantu menguatkan keunikannya dan menyempurnakan akhlaknya dimulai dari keunikannya tersebut.

Fitrah keunikan atau fitrah bakat jika tumbuh paripurna kelak akan menjadi peran peradaban terbaik yang akan menjadi adab bagi kehidupan dan masyarakat.

Karenanya untuk fitrah bakat, kita fokus pada cahayanya saja, nanti kegelapannya akan tidak relevan.

Bagaimana pendapat Anda sebagai orang tua? Adakah cara mendidik anak menurut Islam yang telah Anda praktekkan di keluarga? Mari berbagi disini.

Referensi Cara Mendidik Anak Menurut Islam:

www.tipsanakbayi.com

Loading...
Tinggalkan komentar