Kebiasaan Anak Menghisap Jempol Ternyata Ada Manfaatnya lho!

0 337

Sebagai orangtua saat melihat anak menghisap jempolnya, biasanya kita langsung panik sendiri. Ini lumrah terjadi karena kita sebagai orangtua khawatir terdapat bakteri atau kotoran yang akan masuk ke dalam tubuh si kecil saat menghisap jempol. Tetapi, tahukah Anda bahwa kebiasaan anak menghisap jempol itu ada manfaatnya lho! Ini penjelasannya.

Terdapat studi yang menarik tentang kebiasaan anak menghisap jempol tersebut. Salah satu penelitian yang terdapat di jurnal Pediatrics pada 11 Juli 2016 disebutkan bahwa kebiasaan anak menghisap jempol dapat memberikan manfaat kesehatan pada anak-anak. Si kecil yang biasa menggigiti kuku atau menghisap jempol pada usia di atas 2 tahun dapat terlindungi dari alergi jika sudah dewasa nanti. Sungguh fakta menarik bukan?

Walaupun hal tersebut menarik, tetapi disarankan bagi anak untuk tidak selalu menghisap jempolnya. Peneliti senior University of Otago di Dunedin, Selandia Baru, dr. Robert Hancox menekankan bahwa kebiasaan anak menghisap jempolnya tetap perlu pengawasan dari orangtua. Hal ini karena ada juga dampak negatif dari kebiasaan tersebut, seperti mengubah struktur gigi anak. Terlebih lagi jika kuku anak tersebut kotor, penyakit / bakteri dapat masuk dan anak akan berpotensi terkenan cacingan.

Dr. Robert Hancox ini pun memiliki hipotesis tersendiri terkait kebiasaan anak menghisap jempolnya kaitannya dengan perlindungan tubuh dari alergi. Secara teori dia menyebutkan bahwa jika anak sudah terpapar bakteri dan mikroba pada usia dini, maka sistem imunitas tubuhnya akan bekerja secara aktif melawan infeksi tersebut. Inilah yang dimaksud efek perlindungan tubuh dari alergi.

Penelitian Lanjutan Terkait Kebiasaan Anak Menghisap Jempol

Dilakukan penelitian terhadap seribu anak Selandia Baru dan ditemukan fakta bahwa berdasarkan laporan dari orangtuanya, sekitar 31% anak yang cukup sering melakukan kebiasaan menghisap jempol atau gigit kuku di usia 5-11 tahun, maka mereka akan berisiko 1/3 lebih kecil terkena alergi. Apabila dibandingkan dengan anak-anak usia sebaya yang berusia 13 tahun. Kondisi ini juga dapat bertahan pada anak hingga usia 32 tahun.

Seorang dokter anak yang juga ikut membahas tentang penelitian tersebut, dr Mika Hiramatsu, memberikan penjelasan tambahan terkait kajian sebelumnya. Anak-anak yang berada di lingkungan yang berada di peternakan, tinggal dengan hewan peliharaan, bersekolah makan risiko alergi dan asma akan lebih kecil. Dapat dikatakan bahwa lingkungan yang terpapar kuman dapat memberikan semacam perlindungan tersendiri.

Sesekali membiarkan anak-anak kita untuk berani kotor itu memiliki dampak positif. Akan tetapi, bukan berarti kita tidak mengawasinya. Tetap diperlukan pengawasan agar anak-anak tidak mudah terkena kuman penyakit.

Loading...
Tinggalkan komentar