Makanan Bayi Boleh Diberi Perasa? Ini Penjelasannya Moms…
Makanan bayi pastinya tidak dapat disamakan dengan makanan yang dikonsumsi oleh orang dewasa. Sistem pencernaan bayi belum terbentuk sempurna seperti orang dewasa. Apakah bayi boleh diberikan asupan makanan dengan perasa? Berikut penjelasannya Moms.
Susunan gigi-geligi dan organ pencernaan terkait dengan metabolisme makanan yang dikonsumsi oleh bayi belum sempurna. Apakah boleh memberikan perasa pada makanan bayi? Jawabannya, SEBAIKNYA tidak.
Disarankan untuk menambah beban tubuh bayi dengan menambahkan segala sesuatu, termasuk perasa, disamping juga berpotensi tak menyehatkan tubuh mereka.
Asupan makanan bayi dengan perasa seperti garam dapur (NaCl) memberikan beban yang melebihi kemampuan organ ginjal bayi dalam mengolahnya. Ginjal bayi belum dapat berfungsi dengan matang dalam menyisihkan mineral yang berlebihan dari garam dapur.
Oleh karena itu, segala jenis menu makanan bayi yang mengandung garam dapur, terlebih lagi dalam jumlah banyak, jauh lebih baik untuk dihindarkan dari menu harian mereka.
Kebutuhan Natrium sudah mencukupi
Bayi juga membutuhkan mineral Natrium, yang salah satunya dapat diperoleh dari garam dapur. Akan tetapi, kebutuhan Natrium tersebut sudah tercukupi dari bahan makanan alami, tidak perlu mengkonsumsi khusus dari garam dapur.
Produk makanan laut, seperti ikan, secara alami sudah mengandung unsur mineral Natrium tanpa harus menambahkan lagi garam dapur. Bervariasinya menu makanan bayi (pasca diperbolehkan nasi tim), potensi kekurangan unsur mineral Natrium dalam tubuhnya semakin menurun.
Lidah asin terbentuk karena kebiasaan
Perasa dalam lidah terbentuk sejak dini. Jika seorang bayi tidak terbiasa mengkonsumsi rasa asin (dengan takaran garam dapur yang tinggi), lidah tidak akan terbiasa mengkonsumsi makanan asin. Batas asin lidah sudah terbentuk rendah sehingga secara otomatis akan merasakan tidak nyaman jika mengkonsumsi makanan yang terlampau asin.
Kecenderungan seseorang mendapatkan menu makanan asin yang lebih banyak (dengan garam dapur dalam takaran tinggi), maka hingga dewasa lidahnya akan terbiasa menagih rasa asin. Saat beranjak dewasa, kebutuhan akan garam dapur akan jauh lebih besar 3-4 kali lipat dari kebutuhan orang normal.
Mewaspadai cemilan tidak sehat
Cemilan untuk anak-anak biasanya banyak menggunakan perasa gurih / asin yang sangat kuat sehingga berlebihan bagi tubuh. Sebaiknya hindari cemilan yang mengandung perasa yang kuat karena tidak sehat dan menggantinya dengan cemilan sehat buatan sendiri.
Dalam sehari, kebutuhan Natrium seseorang kurang dari 5 gram garam dapur. Bagi orang yang terbiasa makan asin, kebutuhan garam dapur sekitar 15 gram dalam sehari. Dan biasanya, sebagian besar didapatkan dari menu makanan luar rumah (cemilan).
Cemilan seperti jajanan, snack, dll terkandung garam dapur dan berbagai perasa yang kuat melebihi kebutuhan tubuh seseorang.
Garam dengan kadar sodium rendah
Kebutuhan makanan asin dapat ditambahkan dengan menyiasatinya yaitu membubuhi bukan garam dapur (NaCl), tetapi garam yang di dalamnya terkandung sodium / natrium rendah (low sodium salt). Moms dapat membeli produk garam jenis ini di berbagai supermarket.
Garam jenis ini bisa disediakan untuk melengkapi rasa asin dengan menambahkan ke dalam menu yang sudah terhidang di meja makan. Ini jauh lebih sehat daripada memberikan garam dapur dengan kandungan natrium tinggi.
Gula pasir juga tak menyehatkan bagi bayi
Asupan perasa selain asin, yaitu manis dari gula pasir juga kurang menyehatkan. Akan jauh lebih baik menggantinya dengan manis yang berasal dari madu atau gula jawa (gula merah). Perasa manis lebih baik diberikan dari bahan-bahan alami.
So, moms, yuk mulai perhatikan sejak dini asupan makanan bayi, khususnya pemberian perasa ke dalamnya. Kita tentu ingin buah hati tumbuh sehat dan cerdas bukan? Mari menyikapinya dengan bijak.