Kisah Luar Biasa Traveler Indonesia Keliling Dunia Selama 333 Hari!

0 556

Bisakah dibayangkan bagaimana rasanya traveling ke berbagai negara di dunia selama 333 hari? Inilah pengalaman hidup yang sungguh luar biasa dari seorang wanita, traveler Indonesia yang telah melakukan perjalanan di hampir 24 negara di dunia.

Kisah traveler Indonesia ini termuat dalam cerita berikut yang langsung diceritakan oleh Rani Aulia, yang memang memiliki hobi melakukan perjalanan ke berbagai tempat yang amazing di dunia.

Life experiences from 333 days traveling around the world.

“One day your life will flash before your eyes, make sure it’s worth watching”

Hari ini tepat 1 tahun yang lalu saya memutuskan untuk meninggalkan segalanya di Indonesia dan mewujudkand mimpi saya berkeliling dunia.

Dari 11 July 2015 sampai 07 Juni 2016 saya keliling melewati 24 negara dan ratusan kota setelah 333 hari saya kembali ke negeri tercinta Indonesia sebagai orang baru, traveling merubah saya.

Dan sekarang setelah 1 bulan berada di Indonesia saya ingin membagikan apa yang menjadi pertanyaan saya saat saya berangkat dan menjadi pertanyaan banyak orang saat saya kembali.

Was it worth to leave all behind to travel the world?

Sebelum saya menjawab saya ingin menceritakan “life experiences” yang saya dapatkan selama 333 hari on the road.

WHY?

Apa alasannya saya keliling dunia?

Saat saya memutuskan untuk keliling dunia karena saya ingin menjadi lebih baik, supaya hidup menjadi lebih hidup, karena saat saya berdiam di satu tempat sama artinya saya terpenjara dari kebebasan untuk melihat dan belajar hal yang baru.

Saya ingin melihat apa yang tidak pernah saya lihat, saya ingin mendengar apa yang tidak pernah saya dengar, dan saya ingin merasakan hal yang tidak pernah saya rasakan.

I love the feeling being in new place.

Saya langsung melihat keluar begitu membuka mata setelah tertidur di bus malam yang saya tumpangi, jantung saya dag dig dug!

Saya melirik ke orang sebelah saya dan seakan mata mereka berkata “hey lady, we arrived” senyum saya merekah! saya tiba di tujuan! “hello new city! it’s me, let’s be friend!

Itu adalah perasaan saya setiap kali saya tiba di tempat baru, excited! Dan iya itu adalah sensasi yang luar biasa yang tidak pernah bosan saya rasakan.

Aye! Georgia! -Pengalaman traveler Indonesia, Rani Aulia, keliling dunia selama 333 hari.
Aye! Georgia! -Pengalaman traveler Indonesia, Rani Aulia, keliling dunia selama 333 hari.

Setiap 6 hari sekali saya tiba di tempat baru dan saya tidak pernah bosan dengan rasa itu, membayangkan melihat orang baru, adventure baru, landscape baru, makanan baru pokoknya melihat segala yang serba baru.

Pernah sekali saat saya membuka mata, bus saya berada diantara gurun pasir, kaget dan tidak percaya dengan yang saya lihat.

Sekali waktu saya membuka mata dan yang saya lihat adalah pegunungan salju dan salju yang sedang turun, kalo kata orang sunda mah yang tadina lulungu saya langsung cenghar!

Sekali waktu lagi kondektur bus membangunkan saya dengan tiba-tiba, masih kaget langsung berdiri dan keluar dari bus, saya mencoba mengumpulkan nyawa sambil duduk bersender ke si greeny.

Setelah beberapa saat baru saya menyadari kalo saya in the middle of nowhere! ga ada siapapun, cuma ada bus stop doank.. yang bisa saya lakuin adalah atur tempat duduk senyaman mungkin dan kembali tidur :D

Apapun itu berada di tempat baru selalu membuat saya bahagia!

(Kisah perjalanan traveler Indonesia, Rini Aulia)

It’s good to know and to see the truth about another country with your own eyes!

you’ll kill your self”
“astafirullah, rek naon? rek ngiluan perang?
“mending jangan kesana, ga aman!”
“ngapain kesana! ntar mereka ngerubah kamu jadi syiah”

Itu yang mereka katakan saat saya bilang saya ingin mengunjungi Iran, they were wrong, Iran is super safe and ga ada seorangpun di Iran yang berusaha merubah saya menjadi orang lain.

We live in the a world full of judgment, banyak orang yang seakan tahu segalanya padahal mereka tidak pernah menyaksikan sendiri hal-hal yang mereka katakan.

Mereka berkata Iran tidak aman karena perang dimana-mana bagaimana mereka tahu kalo mereka sendiri tidak pernah kesana, mereka tidak pernah melihat perang-perang yang mereka katakan.

Traveling membantu saya melihat kebenaran ada kepuasan tersendiri saat saya melihat kebenaran dengan kepala saya sendiri dan pada akhirnya ada kebanggaan saat saya menceritakan kepada orang lain sekaligus meluruskan anggapan yang selama ini salah.

(Kisah perjalanan traveler Indonesia, Rini Aulia)

Saya lebih cinta Indonesia. Saya bersyukur menjadi orang Indonesia.

Saat saya traveling saya melihat dan membandingkan, saya mencari perbedaan dan juga kesamaan antara negara yang saya kunjungi dan Indonesia pada akhirnya saya menyadari banyak hal tentang Indonesia dibandingkan dengan negara yang saya kunjungi.

Saya juga membuka google untuk mencari info tentang Indonesia jauh lebih sering dibanding saat saya berada di Indonesia.

Ada berapa banyak bahasa di Indonesia, ada berapa pulau yang berpenghuni, ada berapa suku di Indonesia, berapa % umat muslim, kapan Islam sampe di Indonesia, raja-raja yang pernah ada di Indonesia, Indonesia dimasa Pra sejarah, pokoknya segala macam!

and in the end i knew my country better than before.

(Kisah perjalanan traveler Indonesia, Rini Aulia)

Saya lebih mengenal diri saya dan saya juga menemukan kalo saya itu ternyata keren dan luar biasa! (sorry couldn’t resist myself to not Narseeees)

Saya baru mengetahui kalo ternyata saya bukan tipe museum, saya lebih nature lover senang berada di pinggir danau berjam-jam atau jalan-jalan ke gunung atau berada di air terjun.

Saya lebih senang joget-joget di alam dibandingkan berjalan di museum melihat karya-karya seni, I am so happy to know a lot about myself.

Saya ini aslinya penakut, takut ini takut itu, tapi saat keliling i have pushed my self to the limit!

Saya ngelakuin banyak hal yang saya tidak tahu kalo saya mampu melakukannya, saya bergelantungan di longsoran batu di pinggir jurang.

Saya melintasi jembatan diantara dua gunung, melintasi salah satu rute paling berbahaya di dunia, melewati jalan-jalan tertinggi di dunia, hichhike antar negara, mendaki gunung bersalju, tersesat di Sahara, berhasil keluar dari sebuah kamar hotel yang dikunci some crazy arabian!

Svaneti, Georgia
Svaneti, Georgia

Sering sekali saya menantang diri saya sendiri dan juga berada di situasi yang menantang yang mau ga mau saya mendorong diri saya sampai ke limitnya untuk bertahan!

Dan sesudah itu saya merasa sangat keren!

It’s the most pleasant feeling ever to discover how powerful I am and that I am able to do things that I didn’t know I could do that.

Saya mencoba berbagai macam makanan, minuman dan berbagai macam kueee!

Dari mulai per-pastaan di Italy, fondue di Swiss, Seafood dari Adriatic sea di Kroasia dan Split.

Mencoba enaknya Doughnut ice cream cone di Prague, Goulash sup di Hungary, healthy home made soup di Belgium, vending food di Amsterdam, Scandinavian food di Norway, segala macam dan bentuk Tajine di Maroko, Kuskus tiap hari jumat di Maroko, segala macem olahan nasi di Iran, berbagai macam khacapuri di Georgia, Daal di India, macam-macam vegetarian food yang ternyata enak-enak!

Mencoba macam-macam minuman, mint tea di Maroko, chai di India, cherry tea di Yerevan, Lemonade di Georgia, black tea di Turki dan masih banyak lagi.

Saya juga mencoba berbagai macam sweets khas dari setiap negara Balkava di Turki, gaz di Iran, Sellou di Maroko, Curchkhela di Georgia, jelebi di India, Waffle di Belgium, coklat di Swiss dan masiih banyak lagi.

I was very lucky to taste food from around the world!

(Kisah perjalanan traveler Indonesia, Rini Aulia)

Traveling merubah sudut pandang saya melihat kehidupan.

Then we talk about perspective..

Traveling mengubah dan memperluas perspektif saya dan pikiran saya juga lebih terbuka, saya melihat banyak hal selama 333 hari semuanya serba berlainan dan kadang bertubrukan, kebudayaan, orang, sejarah, kesedihan, kebahagiaan.

Saya belajar banyak hal selama saya keliling dunia dan apapun itu, hal tersebut telah membentuk saya menjadi orang dengan baru, saat saya kembali saya melihat sesuatu hal jauh berbeda dengan saya sebelumnya.

The wonderful of traveling around the world is that allow you to get more altitude so you can see more and wider.

Traveling tanpa sadar mengajarkan saya untuk mempunyai perspektif yang luas, saya terbuka untuk semua opini dan pendapat juga terbuka untuk every ideas of living.

Apalagi di Indonesia banyak banget tiupan ini itu ajakan membenci si ini si itu, dengan pemikiran yang terbuka membantu saya untuk tidak terbawa arus ini itu.

Saat saya di Yerevan saya mendapatkan perlakuan buruk dari seseorang yang sangat membeci orang muslim, saya merasa hanya sedikit marah padahal bisa dibilang orang itu melecehkan saya.

Saya mengerti dan memahami apa yang mendasari dia memperlakukan saya seperti itu, orang lain mungkin akan marah balik tapi saya mengerti saya melihat dari sudut pandang yang lain Armenians hidup dengan bayang-bayang genocide yang dilakukan oleh Ottoman empire yang notabene muslim empire 100 tahun yang lalu.

pengalaman traveler indonesia rani aulia
Traveler Indonesia Rani Aulia

Walaupun saya berhak untuk marah balik karena walaupun saya muslim itu tidak ada hubungannya dengan saya tapi saya tidak bisa because i was feeling bad for her and for other Armenians, being there and I’ve seen what left after the genocide i could understood them.

Saat di Maroko pernah sekali waktu saya berada di satu ruangan berisi puluhan mungkin ratusan kg Marijuana.

Saya bahkan membuat hash dari marijuana tersebut, saya tidak merasa yang mereka lakukan itu adalah hal yang salah, dan saya merasa yang saya lakukan itu salah, itu adalah hidup mereka dan mereka hidup dari itu, dan saya mencobanya untuk sekedar tahu saja.

Saya tidak menghakimi mereka orang yang buruk dan jahat, mereka orang yang baik, saya mencoba memahami bawaha inilah perbedaan yang kita temukan saat traveling. I try to open my mind so i could undestrand them.

Traveling membuka mata saya untuk membedakan mana real problems dan mana yang bukan.

Saat saya traveling saya mencuci baju saya 7 hari sekali, saat traveling saya mandi 3 hari sekali kadang 5 hari sekali, saat saya Traveling mostly saya bare face paling cuman pake pake sun block aja, saat traveling saya tidur ngemper di terminal bis, saya hilang dompet dan kamera, apakah itu masalah?

Sama sekali BUKAN!

Kebanyakan yang tadinya merupakan sebuah masalah saat ini tidak lagi menjadi masalah, Saya juga ga gampang takut ga gampang stress saat ada masalah saya lebih tenang, pada intinya saya menjalani hidup lebih rilex dan lebih santai!

Karena saat santai dan tenang maka saya bisa melihat hidup dan masalah dengan lebih jelas lagi.

(Kisah perjalanan traveler Indonesia, Rini Aulia)

Belajar lebih besyukur

Selalu bersyukur dan bersyukur! Bersyukur karena diberi kesempatan untuk melihat keindahan dunia, bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik, bersyukur dan bersyukur, setiap hari saya bersyukur masih bisa melihat matahari.

Saat saya hilang dompet dan kamera di Maroko saya merasa kesel, sedih, bt, bingung, khawatir dan juga marah!

Kemudian saat di jalan menuju KBRI untuk mengurus surat-surat saya melihat ada tabrakan seseorang tergeletak di pinggir jalan berlumuran darah.

Saya sadar masalah saya bukanlah apa-apa, saya masih bernafas hidup dan tidak apa-apa, orang lain mungkin menghadapi masalah lebih besar, terusir dari negaranya karena perang, terobang-ambing di lautan berusaha melakiran diri karena perang dll.

Saya belajar untuk lebih bersyukur, saat berada di jalanan kita lebih rentan karena kita hanya mengandalkan diri sendiri, jadi masih bisa bernafas dan baik-baik saja itu merupakan sesuatu yang selalu saya syukuri.

Kita berkesempatan bertemu banyak orang luar biasa.

Saya bertemu lebih banyak orang luar biasa selama 333 hari dibandingkan sepanjang hidup saya di Indonesia.

Mereka orang-orang dengan background yang berbeda satu sama lain, saya ketemu mereka di bus, train, terminal, di jalanan, di guest house, tempat saya di host dimana-mana.

Saya sangat beruntung bisa bertemu dengan orang-orang luar biasa itu, pemikiran-pemikiran mereka, saya mendengar fascinating stories all the times, a wisdom, a different perspective, setiap saya bertemu orang hebat saya menggunakannya sebagai kesempatan untuk belajar banyak tentang kehidupan.

Saat saya di Iran saya bertemu dengan orang yang sudah traveling selama 8 tahun, mendengarkan semua cerita dia selama traveling, belajar banyak tentang hidup dan cara meladeni hidup dari seseorang yang sudah living on the road selama 8 tahun adalah kesempatan yang tidak akan datang dua kali.

Saat di India saya bertemu banyak Spiritual seeker traveler, walaupun saya bukan tipe itu tapi saya belajar banyak dari mereka, bagaimana mereka menceritakan proses rebirth dan hidup dengan menggunakan hati, setiap bertemu orang baru saya selalu menggunakannya sebagai kesempatan untuk belajar.

Saat saya di Georgia tanpa saya sadari saya dihost oleh wanita keturunan Jerman – Indonesia yang pernah menjadi headline news di BBC Indonesia setahun yang lalu, saat saya membaca berita itu saya ingin sekali bisa dipertemukan dengan beliau dan saya ingin sekali menjadi seperti wanita itu, orang pejuang!

Dan tanpa saya sadari di Georgia saya dipertemukan dengan beliau dan saya baru sadar setelah seminggu lebih, ya ampuuuuun.. dan saya mendapatkan lagi pelajaran berharga tentang bertahan hidup.

Saya melihat keajaiban setiap hari.

Yup, saya menyaksikan keajaiban setiap hari, Keajaiban apa? Kebaikan orang.

Saya merasakan seperti ada kupu-kupu terbang di perut saya setiap kali saya menyaksikan kebaikan orang, ntah itu melihat ataupun merasakan, saya sendiri selama keliling hidup dari kebaikan orang lain, perasaan paling indah saat melihat dunia ini masih penuh dengan kebaikan.

Orang masih peduli dengan orang lain dan masih punya rasa simpati satu sama lain.

Saat saya ketinggalan pesawat di Maroko dan akhirnya saya harus tinggal beberapa malam di mesjid di bandara di Casablanca.

Kabar mulai beredar di Bandara kalo ada seseorang yang habis kecopetan ga punya uang trus ketinggalan pesawat dan stranded di airport, banyak orang datang melihat saya memberikan saya makanan atau uang secukupnya, ada yang ngasi saya pisang, apel, sandiwch, minuman.

Saya hanya bisa menangis menerima kebaikan orang-orang kepada saya.

I was harvesting my happiness during my around the world trip.

Yeah… saya sangat bahagia, bisa dibilang tiap hari saya memanen kebahagiaan, tiap bertemu orang baru, belajar hal baru, ngeliat hal baru saya sangat bahagia.

I felt like i feed myself with adventure and experiences kemudian setelahnya saya memanen kebahagiaan!

Traveling is the best things ever (for me) roadtrip di tuscany, hiking di Switzerland, roadtrip slovania Bosnia dan Kroasia, traveling di East Europe, act like locals di Perancis, menikmati autumn di Norway, roadtrip ke border Norwegia – Rusia dari Tromso

Tenggelam di cantiknya sahara, blended with local di south morocco, maen-maen bareng unta di Essouira, dijamu segala macam makanan di turki, ngeliat blue mosque dipenuhi salju, berjalan di bibir pantai blacksea, dilanjut kenangan indah di Georgia, Armenia, Iran dan mengalami kerennya traveling di India, saya penen kebahagiaan selama 333 hari!

Tentu saja saya juga mengalami ups and downs kesedihan dan penderitaan tapi rasa bahagia yang saya rasakan jauh lebih besar. Kebahagiaan yang kita dapat setelah melewati kesedihan jauh lebih besar dibandingkan kesedihan itu sendiri.

Traveling tidak berhenti selama 333 hari menempa saya menjadi lebih kuat.

Tanpa mengecilkan short trip tapi traveling tidak berhenti dalam jangka waktu panjang itu sangat berbeda dengan short trip

Di jalanan saya menghadapi banyak masalah over and over again!

Satu masalah selese hadir masalah lain lanjut lagi masalah lain kadang satu masalah belum selese ada masalah lain yang menghampiri double triple masalah! sampai pernah pada titik saya ingin pulang saya tidak betah lagi, traveling lama bukanlah buat saya!

Kemudian saya overcome rasa ingin pulang dan seterusnya yang saya tahu adalah bertahan hidup dan bertahan hidup.

Saat saya di maroko saya keracunan CO2 setelah itu saya kehilangn dompet habis itu saya ketinggalan pesawat, rasanya saya luluh lantak, tenaga saya hilang kadang saya nangis diam-diam tapi saya mengatasi semua masalah, saya mengatasi masalah lain, saya merasa saya dewasa di jalan dan pada akhirnya saya merasa saya bisa hidup dijalanan.

Apakah saya kapok? kok keliling dunia malah susah-susahan, bukankah seharusnya keliling dunia itu buat senang-senang tapi kok ini malah susah mulu..

Justru itulah pelajaran yang saya dapatkan yang merubah saya menjadi orang lebih baik dari sebelum berangkat. I felt more grateful about mylife dan saya lebih menghargai hidup saya setelah kembali.

Saya lebih hemat!

Biasa pas lagi traveling saya sangat control terhadap pengeluaran begitu kembali hal itu masih terbawa, saya memilih untuk berjalan dibandingkan naik ojeg, saya membeli sesuatu hanya yang saya butuhkan.

Saat traveling saya bisa hidup dengan $8/day udah include segala-galanya jadi saat di rumah gaya hidup hemat saya masih terbawa.

Traveling it leaves you spechless then turns you into storyteller – ibn batutta

soo here i am. a storyteller.

humm sebetulnya banyak lagi pengalaman hidup yang saya dapatkan saat saya keliling dunia tapi takut kepanjangan!

soo.. back to the question, Was it worth?

Jawabnya it is worth. 1000% worth,

Sangat sepadan dengan uang yang saya keluarkan dan waktu yang saya habiskan dan boleh saya bilang yang saya dapatkan jauuuh melebihi apa yang saya korbankan.

Kalaupun saya berakhir seperti sekarang, galau ga tau arah tujuan tapi kalau ada orang orang bertanya saya memilih mana antara pergi atau tidak pergi..

Saya akan melakukan hal yang sama lagi dan lagi dan lagi.

Sering saya membaca komentar kalau mau keliling dunia itu butuh ini dan itu invest ini dan itu dulu baru pergi keliling dunia supaya tidak berakhir bankrut,

Sungguh.. kalau itu saya, kalaupun saya berakhir bangkrut dan tidak punya sepeser uang pun saya akan tetap melakukan hal yang sama, call me dumb or stupid tapi pengalaman hidup yang didapatkan jauh jauh melebihi nilai uang yang kita habiskan jauh melebihi kekhawatiran kita tentang masa depan setelah kita kembali.

Kekhawatiran bangkrut setelah kembali tidak sepadan dengan apa yang akan kita dapat saat mengelilingi dunia. Ingin rasanya saya membagi rasa yang rasakan sekarang rasa setelah berkeliling untuk berbagi keberanian supaya orang bisa melakukan hal yang sama.

Ini tidak se-complicated yang orang katakan, kalo ada yang punya rencana untuk melakukan hal yang sama dan ragu-ragu karena ada yang bilang harus ini dan itu..

Percaya aja sama diri sendiri, kalo udah percaya diri just pack your bags and go!

Cuma satu hal saja, jangan pergi karena ingin melarikan diri dari kehidupan, karena traveling itu sendiri sebuah kehidupan.

Satu hal lagi yang saya pelajari saat traveling yaitu carpe diem! seize the day! enjoy the moment while you can jangan takut masa depan yang belum terjadi.

Saya lebih menikmati present moment, ya jujur aja sekarang saya lagi galau akan masa depan saya tapi saya tidak pernah menyesali keputusan saya untuk berkeliling dunia setahun lalu.

sometimes you only get once chance and when it’s gone you’ve filled nothing but regret!

Selamat hari senin teman-teman selamat kembali bekerja.
Selamat berjuang untuk mimpi-mimpi yang sedang menunggu diwujudkan, termasuk mimpi berkeliling dunia.

Semangat!!

Feel free to share!

Edit

Banyak yang tanya budget. Kira-kira 78jt (pas udah on the road) tidak termasuk persiapan dan tiket berangkat.

Pic : Saya, si greeny ama si merah di bulan ke-6. Dekil, kucel dan kedinginan! Sedang bersiap naik bis dari Istanbul ke Trabzon untuk main-main di Blacksea dilanjut crossborder ke Georgia.

Sumber Kisah:

Rani Aulia, Traveler Indonesia yang telah berkeliling dunia.

Loading...
Tinggalkan komentar
Website Jatik.com dijual. Berminat hubungi kami.
This is default text for notification bar