7 Ciri Orangtua yang Salah Mendidik Anak. Apakah Kita Termasuk?

0 374

Bagaimana pola ayah bunda dalam mendidik anak-anak? Jangan-jangan selama ini kita cenderung salah mendidik anak kita? Mendidik anak merupakan proses yang tidak mudah dan butuh kesabaran. Mari intropeksi.

Mendidik anak dengan baik dibutuhkan ilmu yang tepat. Kita tidak bisa mempertaruhkan masa depan mereka dengan pola pendidikan yang salah. Terkadang, kita cenderung tidak mau tahu dengan saran / masukan mendidik anak yang baik. Kita terbiasa untuk mendidik anak-anak dengan cara kita sendiri.

Yuk coba intropeksi diri sebagai orangtua, apakah 7 ciri orangtua yang salah mendidik anak ini ada pada diri kita.

  • Seringkali mengeluarkan makian

Apakah kita pernah bahkan sering mengucapkan kata-kata makian, sumpah serapah, kutukan kepada anak-anak? Mari beristighfar…

Setiap lisan yang terucap dari orangtua bisa menjadi doa bagi anak-anaknya. Usahakan untuk mengerem dan tidak kelepasan mengucapkan sumpah serapah tersebut.

Terlebih lagi, setiap hardikan / makian / kata kasar tersebut akan mempercepat rusaknya sel-sel otak anak. Mereka akan merekam kejadian setiap kejadian yang menimpanya. Buka tidak mungkin, saat dewasa nanti anak-anak membalas hardikan / makian tersebut kepada kita.

Yuk, stop kebiasaan menghardik dan memaki ini ya, Mom & Dad. Itu bukan contoh yang bagus untuk anak-anak.

  • Seringkali membanding-bandingkan anak

Kebiasaan untuk membanding-bandingkan anak kita, baik sesama saudara kandung ataupun dengan anak lain, merupakan salah satu ciri salah mendidik anak. Mungkin, bagi ayah bunda bertujuan untuk memberikan semangat kepada anak-anak, tetapi ada efek samping dari sikap tersebut. Percayalah.

Dengan membanding-bandingkan anak kita dengan orang lain, akan justru berdampak psikologis bagi mereka, yaitu menurunnya rasa percaya diri mereka. Terlebih, anak-anak kita seringkali dibanding-bandingkan dengan anak yang jauh lebih unggul dari dirinya.

  • Memberikan nasihat atau memarahi di depan orang lain

Jika Anda seringkali melakukan hal ini karena tidak tahu apa akibatnya bagi anak, coba kita pahami bersama. Menasihati merupakan sikap yang baik, tetapi jika dilakukan kurang tepat, maka hasilnya pun tidak akan bagus.

Memberikan nasihat atau lebih dari itu, memarahi anak-anak di depan orang lain, justru akan semakin membuat anak-anak merasa bodoh. Mereka akan merasa kehilangan harga diri. Dan berpotensi untuk mendapatkan bully-an dari orang lain lebih besar.

  • “Menyetir” anak menjadi yang orangtua kehendaki

Hal yang banyak dilakukan oleh para orangtua dan mungkin tidak mengetahui dampaknya. Pasti orangtua menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Tetapi, bukan berarti mereka harus menjadi apa yang orangtua inginkan. Ini salah satu sikap salah mendidik anak.

Anak-anak diwajibkan ikut les menyanyi, les bahasa Inggris, les matematika, les biola dan lain sebagainya. Bukan masalah besar jika anak-anak memang mengikuti berbagai les tersebut karena keinginan pribadi dan mereka menikmatinya.

Namun, banyak kasus orangtua cenderung memaksa anak-anaknya untuk mengikuti les ini itu, tetapi anak-anak tidak menikmatinya. Mereka akan merasa depresi dan stres jika terus dipaksa.

Yuk, ayah bunda, berikan yang terbaik bagi anak dengan mengarahkan kemampuan mereka. Terus komunikasikan dengan anak apakah mereka menikmati hal tersebut. Hindari anak menjadi korban obsesi orangtua yang tidak kesampaian.

  • Mendorong anak untuk selalu menjadi yang terbaik dan tidak boleh gagal!

Keinginan untuk selalu menjadi yang terbaik terhadap anak-anak, akan cenderung meniadakan ruang kesalahan untuk mereka belajar dari kesalahan tersebut. Guru yang terbaik berasal dari pengalaman, termasuk salah satunya pengalaman gagal atau kesalahan.

Sikap selalu tampil sempurna (perfeksionis), merupakan pola salah mendidik anak. Hidup tidak akan luput dari kesalahan. Dan, mereka sebagai anak, harus mendapatkan pengalaman lebih dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya.

  • Jarang berkomunikasi / berinteraksi dengan anak

Rutinitas sehari-hari dalam memandikan anak, memakaikan baju, menyuapi, menidurkan mereka, tidaklah cukup dikatakan bahwa orangtua intens berkomunikasi dan berinteraksi dengan anaknya.

Komunikasi perlu melibatkan sikap dua arah dari orangtua ke anak-anak dan begitu sebaliknya. Setiap permasalahan yang anak hadapi, keinginan mereka, kekhawatiran, dan lain sebagainya, orangtua harus mengetahuinya. Selalu berkomunikasi dua arah, dari hati ke hati, dengan anak.

  • Malas meng-upgrade diri dengan ilmu parenting terkini

Sebagai orangtua kita perlu terus meng-upgrade diri kita dengan berbagai ilmu parenting. Karena, pola pendidikan anak di setiap jaman berbeda. Apa yang kita dapatkan di jaman kita dahulu dari orangtua, belum tentu sama cara mendidik kepada anak-anak kita.

Sebagai contoh, di era digital saat ini, kita perlu memiliki wawasan bagaimana cara mendidik anak untuk menghadapi teknologi digital. Tetap adaptif dengan perkembangan jaman, tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai dasar dalam mendidik anak yang baik.

Itulah beberapa poin yang seringkali menjadi kesalahan yang dilakukan oleh kita sebagai orangtua. Masih banyak lagi kesalahan-kesalahan kita dalam mendidik anak-anak.

Oleh karena itu, diperlukan sikap untuk terus belajar tentang ilmu parenting karena bisa jadi hubungan orangtua dan anak menjadi hubungan yang rumit. Mari terus belajar!

Loading...
Tinggalkan komentar