Waspada Aliran Sesat Gafatar! Ini Ciri-Ciri & Tips Menghindarinya

0 393

Beberapa hari ini sedang ramai dibicarakan kasus orang hilang, yang terindikasi ikut gerakan / aliran sesat tertentu, salah satunya Gafatar.

Banyak orang was-was, terutama orang tua, yang tidak ingin anak-anaknya menjadi “korban” pengikut salah satu aliran sesat di Indonesia.

Beberapa orang menceritakan kisah yang dialami oleh salah satu anggota keluarganya seperti berikut ini.

Bisa-bisa anak anda menjadi target perekrutan anggota aliran sesat, yang disebut dengan Gafatar. Anak perempuan saya hampir menjadi korban organisasi sesat ini.

Kata anak saya , modusnya diajak sesama teman untuk pengajian, tetapi ajakan ini seperti ada unsur setengah paksaan.

Berkali-kali anak saya menjawab tidak mau , karena sibuk dengan tugas-tugas kuliah. Tetapi berkali kali pula ‘ajakan’ itu terus dilakukan tanpa henti.

Karena merasa ‘risih’, sekali tempo anak saya menuruti ajakan pengajian itu .

Apa yang terjadi?

– Banyak sekali keanehan-keanehan yang terjadi dalam ‘pengajian’ itu.

Anak saya bilang, peristiwa dalam ‘pengajian’ itu lebih tepat kalau dikatakan sebagai indoktrinasi dan pemahaman-pemahaman dasar aliran itu. 

Dan yang membuat anak saya masih dapat berfikir normal adalah menolak saat disuruh minum ‘cairan’ dalam jamuan ‘pengajian’ itu.

Mungkin ‘minuman’ itu yang membuat sebagian calon anggota yang direkrut ‘gagal pulang’ , dan berhasil ‘dicuci otaknya’ , sehingga dengan ‘sukarela’ menjadi anggota sekte Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara).

Dan selanjutnya dgn kesadaran sendiri rela berpisah dari keluarganya dirumah .

Inilah yang kemudian dikatakan sebagai ‘orang hilang’ . Padahal , hilangnya itu karena kesadaran sendiri , yang memang sudah tidak mau berhubungan dengan keluarganya .

Sungguh mengerikan…

Masih beruntung anak saya menolak minuman itu , dengan alasan sedang berpuasa dan dengan keberanian yang dipaksakan, anak saya pura-pura ijin kencing ke belakang , lalu melarikan diri dan kabur…

Alhamdulillah anak saya selamat…

Semoga pengalaman ini akan membuat anda lebih waspada dan melakukan kontrol terhadap anggota keluarga anda.

Wassalam

aliran sesat Gafatar
Bingung dengan banyaknya aliran sesat? Jangan bingung bro, kenali dengan 4 poin ini

Sungguh, kejadian tersebut jangan sampai dialami oleh salah satu anggota keluarga kita.

Majelis Ulama Indonesia pun telah menyatakan bahwa Gafatar adalah salah satu aliran sesat, lansir bersamadakwah.net

Bagi siapapun yang hendak mencegah dirinya terlibat dalam gerakan, isme, paham, organisasi atau apa saja, termasuk aliran sesat Gafatar, yang boleh jadi bukan hanya tidak bermanfaat, tapi juga merusak kita. Ada 4 yang harus diwaspadai.

1. Pastikan pondasinya

Adalah kenyataan, ada banyak “kelompok” dalam agama. Terpecah-pecah, menjadi begitu beragam, dengan perbedaan-perbedaan. Kita tidak berhak (karena boleh jadi memang kita tidak punya ilmu memadai) untuk menilai mana yang sesat, mana yang lurus.

Tapi ada tiga hal yang mutlak disepakati harus sama dalam agama Islam: Allah, Nabi Muhammad, dan kitab suci Al Qur’an. Jika ada yang merasa punya versi Nabi lain, atau Rasul lain (termasuk di dalamnya Hadist), pun punya kitab suci variasi lain, maka sorry to say, itu tidak bisa lagi dikategorikan Islam.

Silahkan saja membentuk agama baru, bebas mah, namanya juga hak asasi, tapi jangan bawa-bawa lagi nama Islam (karena jelas, pemeluk agama manapun tidak akan terima ada yang membuat versi baru dalam agamanya, termasuk agama baru ini, besok lusa jika ada yang membentuk variasi dari agamanya, pasti keberatan juga).

2. Pastikan tidak menyuruh kita memutus tali silaturahmi

Dalam agama Islam, bahkan jika orang tua kita tidak Islam, kita tetap disuruh menghormati. Maka, jika ada paham baru yang menyuruh kita memutus tali silaturahmi dengan istri/suami, orang tua, anak-anak, ini repot sekali.

Menyuruh kita pergi, meninggalkan keluarga sendiri. Jika paham itu memang indah sekali, maka dia justru akan menyuruh pengikutnya bertetangga dengan baik, mengenal orang-orang di sekitarnya dengan baik. Bukan malah mengucilkan diri, tertutup dan penuh prasangka terhadap sekitarnya.

3. Pastikan kita tidak dipaksa iuran/sumbangan

Saya serius ini. Sebaik apapun sebuah konsep/paham, jika anggotanya dipaksa iuran, sumbangan, dengan jumlah tertentu, dan atas hal itu, anggotanya boleh berbohong, mencuri, menggunakan uang untuk sekolah, uang berobat, menjual, menggadaikan barang2, apapun caranya agar uang tersebut terkumpul, itu warning sekali berhati-hatilah. Dalam agama saja, zakat itu ada kaidahnya, dan tidak memberatkan. Jangan sampai loh, kita merasa akan masuk surga, padahal kita hanya jadi alat agar orang di atas kita kaya-raya saja. Ingatlah selalu, sejak dulu, bagi kelompok tertentu, agama itu adalah “produk menarik” untuk jualan. Dibungkus sedemikian rupa, tapi intinya tetap uang.

4. Pastikan tidak ada seks bebas, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya.

Ini juga serius sekali. Seindah apapun sebuah konsep/paham/isme, jika anggotanya dibolehkan seks bebas, mabuk-mabukan, tukaran pasangan, dsbgnya, dsbgnya, itu sih “cara cerdas” membungkus pembenaran memenuhi nafsu manusia dengan tameng seolah suci.

Sejak jaman dulu, saat manusia masih primitif, prasejarah, hawa nafsu telah menjadi alat efektif mencapai sebuah kepentingan. Seolah sakral dan indah, tapi intinya sih nafsu belaka. Waspadalah, jangan tergoda–kecuali situ memang mau liberal, carilah negeri yang cocok, dan tidak perlu bawa-bawa nama agama sebagai tameng.

Setiap kali ada yang mengajak menghadiri sebuah pertemuan, mengajak diskusi tentang hal-hal baru, pastikan kita telah punya rambu-rambu memadai. Karena bicara soal paham, itu kadang tidak ada korelasinya dengan pendidikan formal.

Tidak ada jaminan kalau kita sudah pintar sekali, kita akan kebal dari godaannya. Kalian mungkin tidak percaya, tapi ketahuilah bahkan seorang profesor pun, mau saja forward email: kirimkan email ini ke 20 orang teman Anda, atau besok Anda akan kena musibah.

Repot, kan? Apakah profesor ini tidak pernah berpikir kalau hal itu “mustahil”? Masa’ nasib kita ditentukan oleh sebuah email saja? Nyatanya tidak, tetaaaap saja dia percaya.

Hindari kelompok ini, jika sungkan atau takut menolaknya secara tegas, bilang saja kalian sibuk. Jika tetap dipaksa, laporkan ke orang tua, atau orang-orang dewasa di sekitar kalian. Termasuk pak RT, pak RW, kepala sekolah, guru, dosen, dll.

Mereka mungkin bisa membantu mencari tahu kebenaran paham baru itu, termasuk aliran sesat Gafatar, atau bila perlu mereka bisa meneruskan laporan ke petugas berwenang sebagai pencegahan meluasnya paham tersebut.

Mari jaga diri kita, anak-anak kita, keluarga kita, teman-teman kita dari hal yang merusak hidupnya.

Loading...
Tinggalkan komentar