Generasi Muslim Keren, Teladani Kisah Nabi Muhammad ini!

0 215

Sebagai generasi muda Muslim, ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari kisah perjuangan Nabi Muhammad SAW. Beberapa diantaranya adalah aspek manajemen yang patut untuk kita teladani langsung dari Nabi untuk kehidupan sehari-hari.

Diantaranya, ada 4 hal dalam beberapa kisah Nabi Muhammad yang langsung kita bisa contoh.

Manajemen ala Nabi Muhammad
Sumber Gambar: cdn.thewire.com

Menjaga Kerahasiaan

Bukti Nabi mengelola kemenangan ditempuh dengan ikhtiar manusiawi adalah menjaga kerahasiaan perjalanan. Bahkan terhadap keluarga dekat beliau dan Abu bakar sekalipun tidak diberitahu. Hal ini dalam rangka memastikan perjalanan beliau aman dan tidak terdeteksi oleh pihak musuh, dan hanya memberitahu kepada orang-orang tertentu saja, karena seringkali kegagalan sebuah operasi politik karena sudah “bocor” terlebih dahulu.

Sebagai generasi muda, hikmah apa yang bisa kita ambil dari sikap menjaga rahasia ini? Dalam beberapa hal, kita seringkali mendapatkan amanah dari seseorang / institusi. Jika orang tersebut, kita diminta untuk menjaga kerahasiaan amanah tersebut, maka kita wajib untuk menjaganya. Bisa jadi, kerahasiaan itu penting bagi orang/institusi yang memberikan amanah dan kita harus menjaganya dengan baik-baik. Dengan catatan, amanah yang diberikan tidak memiliki muatan keburukan. Jika, kita mendapatkan amanah untuk menyimpan rahasia keburukan, maka wajib ditolak.

chess-strategy
Sumber Gambar: frog-dog.com

Siasat itu Sungguh Penting

Pasukan musuh menduga kuat bahwa Muhammad SAW lari menuju Madinah, maka mereka mengejar ke arah utara kota makkah. Namun di luar dugaan nabi dan Abu bakar justru berjalan ke arah selatan. Ini bukti Muhamad SAW melakukan siasat perang dengan mengecoh musuh. Beliau bersembunyi di gua tsuur selama 3 hari. Bisa kita bayangkan kepanikan orang quraisy bagaimana bisa Muhammad SAW dalam hitungan jam tidak dapat terdeteksi keberadaannya.

Dalam kondisi saat ini, kita yang tidak dalam kondisi berperang bagaimana meneladani sikap Rasulullah tersebut? Siasat bisa dimaknai sebagai sebuah strategi untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Nah, secara umum, di dalam hidup ini, kita sebagai generasi muda haruslah juga memiliki strategi dalam hidup, visi dan misi, untuk mencapai impian, tujuan yang kamu cita-citakan. Jika kamu tidak memiliki strategi dalam hidup, bisa jadi, kamu akan mudah terombang-ambingkan oleh lingkungan, gaya hidup, atau berbagai “musuh” lainnya.

individual
Sumber Gambar: www.5027mac.org

The Right Man In The Right Place

Nabi Muhammad SAW pernah berkata kepada sahabat, “Ketahuilah sesungguhnya perang itu adalah tipu daya.” Dan dalam proses hijrah nabi benar-benar mempraktekkannya, yaitu memakai orang-orangnya untuk tugas khusus. Tiga hari di gua tanpa makanan dan minuman. Bagaimana Muhammad SAW mendapat suplai logistik tersebut? Yakni dengan melibatkan dua orang, pertama adalah Asma binti Abu Bakar yang tiap siang membawa makanan, dimana hamil tua beliau berjalan sejauh 5 mil untukmembawa makanan.

Kedua adalah Amir Bin Fuhairah, seorang mantan budak yang sengaja mengembala kambing yang gemuk dekat dari gua Tsuur agar air susunya bisa diminum Rasulullah SAW dan Abu Bakar, sekaligus juga kambing-kambing itu menghapus jejak Asma binti abu bakar sepanjang perjalanan. Selain itu, Muhammad SAW mempunyai seorang informan bernama Abdullah bin Abu Bakar. Dia melaporkan informasi kaum Quraisy setiap sore menjelang malam. Juga. Saat Muhammad SAW akan pergi menuju Madinah, semua akses diawasi ketat oleh pihak musuh. Nabi SAW menggunakan jasa bernama Abdullah bin Uraiqith yang menggunakan jalur yang tidak lazim ke Madinah. Dalam hal ini, orang yang berpengetahuan luas akan menjadi sukses dalam suatu hal.

Nah, ini juga penting dan kita bisa langsung menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. The right man in the right place. Jika, kamu ingin bekerja / berprofesi / berbisnis, sesuaikan dengan passion, skill, dan kemampuan dirimu. Bekerja / berbisnis sesuai dengan kemampuan, skill, passion, yang tepat, akan lebih memudahkan untuk mencapai puncak kesuksesan. Kalau dilakukan dengan terpaksa, maka akan asal-asalan dalam melakukan sesuatu.

Selain itu, dari kisah di atas, dapat diambil pelajaran juga bahwa jika kita memberikan tugas kepada orang lain, berikanlah pada orang yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Jangan memberikan tugas / amanah kepada orang lain dengan sembarangan. Bisa jadi, orang tersebut tidak akan bisa menyelesaikan dengan baik tugas yang diberikan, atau juga kamu mendzolimi orang yang telah kamu berikan amanah / tugas. Jadi, kita juga harus cerdas dalam memilih orang yang tepat untuk menyelesaikan tugas.

hardwork
Sumber Gambar: www.kirtok.com

Usaha dulu Maksimal baru Tawakal

Ketika beliau dan Abu bakar bersembunyi di gua tsur, dan sehebat hebatnya beliau merencanakan semua dengan matang, ketika hari ketiga bersembunyi, tiba-tiba ada sekelompok pasukan berkuda musuh yang sampai di gua tsuur. Ketika mereka berada di mulut gua, Abu bakar berkata Muhammad, “Ya Rasulullah sekiranya mereka melihat dan menunduk ke bawah, niscaya kita akan ketahuan?” Nabi menjawab, “La, tahzaan, innallaha ma’ana”, Jangan engkau takut karena Allah bersama kita. Inilah yang kita sebut tawakkal. Dimana ketika kita telah mengeluarkan seluruh ikhtiar kita dan tidak ada lagi akal di atas itu, barulah jurus yang paling ampuh adalah tawakkal, dan disitulah nanti Allah menurunkan petolongan-Nya, sehingga tawakkal adalah cara kita “menggoda” Allah agar mau menolong kita.

Dari kisah ini, sangat jelas pelajaran yang bisa kita contoh riil dalam kehidupan sehari-hari. Setiap melakukan sesuatu kebaikan, niatkan untuk Allah SWT sehingga bernilai ibadah. Sesuatu yang kita lakukan juga harus diikhtiarkan secara maksimal terlebih dahulu. Jangan, hanya setengah melakukannya, sudah minta kepada Allah untuk segera dikabulkan usaha kita. Maksimal dulu dalam berusaha, setelah itu maksimal dalam bertawakal.

Demikian artikel ini dibuat. Semoga berguna bagi pembaca.

Sumber Tulisan:

Buletin Jum’at “Al-Mimbar” yang berjudul “Fiqih Kemenangan dalam Hijrah”. Edisi no.37 dengan beberapa tambahan redaksional.

Loading...
Tinggalkan komentar